Rabu, Mei 21, 2008

Mengembangkan Potensi Anak

"Setiap anak yang dilahirkan berada dalam keadaan fitrah,
kedua orang tuanyalah yang membentuk mereka
menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi"
Sejak awal kehidupan anak, secara terus menerus dihadapkan bahkan dituntut untuk selalu mampu menyesuaikan diri atau bersosialisasi dengan lingkungannya. Lingkungan di mana anak hidup secara terus menerus berubah. Keluarga tentu saja adalah lingkungan pertama yang menuntut anak agar mampu menyesuaikan diri dengan baik. Meningkatnya usia dan kematangan, diharapkan anak mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Di rumah, anak-anak hanya tinggal dengan orang tua dan mungkin juga anggota keuarga lainnya. Namun setelah mereka berada di luar keluarga, lingkungan yang beragam sifat dan tuntutannya akan ikut pula mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri anak tersebut.
Keterlibatan orang tua terhadap pendidikan anak sangat diperlukan terutama pada usia-usia dini atau usia anak pra sekolah, yakni mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Setiap anak adalah unik, dalam arti pola dan saat pertumbuhan dan perkembangan, baik kepribadian, gaya pembelajaran dan latar belakang keluarga. Pengalaman-pengalaman yang dilalui waktu kecil, pahit maupun menyenangkan semuanya akan berpengaruh dalam kehidupan nantinya. Karena kepribadian terbentuk dari pengalaman waktu kecil, terutama dari tahun-tahun pertama anak. Pengalaman-pengalaman itu termasuk di dalamnya pendidikan anak atau juga keadaan lingkungan sekitar, termasuk lingkungan keluarga.
Bagi anak-anak yang masih kecil pendidikan merupakan hal vital, terutama menyangkut pendidikan agama. Hal ini dikarenakan pelajaran agama mudah masuk bila fundamental keimanan sudah tertanam sejak awal. Dalam konteks ini, Islam sudah mengatur pola pendidikan anak dalam agama. Sejak dalam kandungan, para orang tua –terutama ibu—disarankan untuk selalu berbuat baik, bertutur sapa yang baik, memberikan bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, bahkan ketika melahirkan pun calon bapak disarankan melantunkan lafadz adzan dan iqomat. Bentuk pendidikan agama pun sangat terlihat pada aqiqah, yakni menyembelih seekor hewan sebagai bentuk rasa syukur atas kehadiran seorang anak dalam keluarga. Usia 7 tahun anak itu disuruh shalat oleh orang tuanya. Dan bila telah mencapai umur 10 tahun belum juga melaksanakan shalat, masih bermalas-malasan mengerjakannya, diperkenankan memukulnya. Namun karena kesibukan para orang tua terhadap pekerjaan, terkadang pendidikan anak terlupakan bahkan banyak dari para orang tua yang secara tega menitipkan anak-anaknya kepada lembaga-lembaga pendidikan untuk diberi pengajaran dan pendidikan.
Potensi Anak
Uraian di atas memberikan sinyalemen bahwa potensi, bakat, atau fithrah (dalam bahasa agama) seorang anak yang dilahirkan sesungguhnya sama; yang membedakan hanyalah soal pengembangan potensi anak tersebut. Ada sebagian pendapat (di antaranya Nativisme) yang menyebutkan bahwa potensi dimaksud sangat bergantung pada faktor keturunan (hereditas); bagi kelompok ini baik jahatnya seseorang sangat ditentukan oleh ibu bapaknya. Ada juga kelompok lain (empirisme) yang menyebutkan bahwa potensi tersebut bergantung pada faktor lingkungan, orang tua, keluarga, sekolah, atau media lingkungan lainnya. Bagi kelompok ini, pendidikan memiliki peran signifikan dalam membentuk kepribadian bahkan mengeluarkan seluruh potensi yang dimiliki seorang anak. Faktor keluarga atau keturunan bukanlah penentu untuk menjadikan seorang anak sukses, menduduki jabatan tinggi, dan berhasil mencapai cita-cita.
Persoalan potensi anak memanglah menarik untuk dikaji, tidak penting rasanya membahas kedua kelompok yang saling mempertahankan pendapatnya, yang terpenting bagaimana potensi yang dimiliki anak dapat dikembangkan sesuai talentanya masing-masing. Ada beberapa langkah yang dapat digunakan untuk mengembangkan potensi tersebut, yaitu: 1) kenali terlebih dahulu potensi atau bakat apa yang dimiliki anak, 2) berilah motivasi atau stimulus agar potensi anak terungkap, 3) berilah sarana atau media yang menunjang perkembangan potensi anak, 4) berilah bimbingan yang cukup agar seorang anak dapat mengembangkan potensinya dengan baik, dan 5) berilah pengawasan (monitoring) yang cukup agar potensi anak tidak melenceng jauh dari talentanya. []

Tidak ada komentar: