Sabtu, Mei 24, 2008

Perlunya Kejujuran dalam Pendidikan

Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut memberi harapan di kemudian hari bahwa peserta didik nantinya bukan hanya cakap dalam bidang ilmu pengetahuan semata, tapi juga tidak kering akhlak, generasi yang sehat jasmani rohani, serta memiliki kemandirian untuk menjalani hidupnya secara lebih baik. Untuk mencapai tujuan ideal tersebut perlu ada kerjasama semua komponen pendidikan terutama pendidik, peserta didik, orang tua, masyarakat, kepala sekolah, dan pemerintah untuk berkreasi, berinovasi, demi tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Di samping ada kerjasama yang intens, juga diperlukan adanya nilai kejujuran dari semua pihak sebagai penentu keberhasilan proses pendidikan.
Para pendidik --yang disebut dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen-- sebagai tenaga profesional harus jujur bahwa tugas dan fungsi yang sebenarnya adalah mendidik (transfer of value), membimbing, menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer of knowladge), membimbing, mengarahkan, memfasilitasi (fasilitator), memediasi (mediator), memotivasi (motivator) dan menjadikan pembelajaran sebagai proses interactif learning yang demokratis. Eksistensinya dalam dunia pendidikan harus ditunjukan secara optimal, all out, bahkan tidak menjadikan mengajar sebagai pekerjaan "sampingan". Posisinya sebagai pendidik juga bukan hanya ketika berinteraksi di kelas tapi di manapun, kapanpun, seorang pendidik harus dapat menunjukan dirinya sebagai tenaga pendidik yang profesional.
Nilai kejujuran juga harus ditunjukkan oleh para pelajar. Di antara tugas terpenting para pelajar adalah "belajar", yakni proses interaksi menggali segala informasi yang diperoleh melalui para pendidik, media massa, hasil bacaan dengan tujuan ada perubahan sikap, perilaku, tingkah laku dari yang bersangkutan; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak paham menjadi paham dan seterusnya. Para pelajar harus jujur bahwa keberadaannya masih memerlukan "goresan" tangan orang lain, mereka masih membutuhkan sarana lain untuk mengetahui dan memahami sesuatu. Maka kata kunci yang harus dilakukan para pelajar adalah belajar, membaca, bertanya, sudah seharusnya mengisi kehidupannya.