Jumat, Agustus 29, 2008

Marhaban Ya RAMADLAN....

Selamat datang ya syahru al-shiyaam, marhaban ya ramadlan.....

Ramadlan dalam berbagai aspek dianggap sebagai bulan yang penuh dengan berbagai keunikan. Pertama, secara normatif, ramadlan adalah bulan yang dalam setiap hitungan "detik" segala aktifitas yang dapat memberikan kemanfaatan dianggap sebagai ibadah dan berimplikasi pada pahala yang telah dijanjikan Allah SWT kepada para ummat Islam yang memanfaatkan hari-hari puasa dengan kegiatan kebajikan. Kondisi tersebut sangat terasa betul di bulan ramadlan, hampir semua masjid menyediakan ta'jil, padatnya jadwal buka puasa, lantunan ayat suci al-Qur'an di hampir sudut mushalla/masjid, bahkan orang-orang beramai-ramai bersodaqoh (baca: zakat, infaq, sodakoh). Ada kesan hanya beramal di bulan suci ramadlanlah yang paling afdhal, baik, dan diterima oleh Allah SWT. Padahal Tuhan sendiri tidak pernah membedakan amalan orang-orang yang berbuat baik, dimanapun, kapanpun mereka berbuat baik niscaya Tuhan akan mencatatnya dengan sedatail mungkin.

Kedua, dalam perspektif sosiologis, ramadlan adalah bulan di mana komunitas masyarakat (khususnya Indonesia) --tanpa terkecuali-- terlibat dalam sebuah interaksi bisnis dengan perolehan keuntungan yang cukup besar. Disadari atau tidak puasa telah memberi andil yang cukup besar dalam peningkatan budaya perekonomian di Indonesia. Hampir setiap orang secara konsumtif akan mempersiapkan koceknya untuk kebutuhan hari raya lebaran, seperti tradisi beli baju baru lebaran, parsel, dan lain sebagainya.

Dengan berbagai keunikan yang dimiliki ramadlan ini, mari kita isi kedatangannya dengan penuh kemanfaatan yang bukan saja untuk diri sendiri, tapi juga bermanfaat untuk orang lain. Semoga ibadah puasa yang insya Allah akan dilaksanakan Senin, 1 September 2008 yang akan datang semakin menambah etos kerja yang baik, komitmen moral antara kita dengan orang lain, komitmen kita dengan masyarakat, bahkan komitmen kita dengan Allah SWT. Sehingga pelaksanaan ibadah puasa yang kita laksanakan tidak semata mata hanya menahan LAPAR dan DAHAGA, menahan nafsu syahwat untuk tidak bersenggama dari terbit fajar hingga terbanamnya matahari, tapi bagaimana ibadah puasa dijadikan sebagai ajang latihan untuk menahan hawa nafsu kita dari berbuat yang dilarang oleh Allah SWT, sehingga kita semua memperoleh predikat muttaqin. Amin