Minggu, Juni 15, 2008

USAHA DAN SABAR

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum,
kecuali mereka sendiri yang mau merubahnya”

Ayat tersebut memberi pengertian bahwasanya Tuhan tidak akan merubah nasib ummat manusia, kecuali manusianya sendiri yang berusaha merubah nasibnya. Ayat tersebut terkesan memberi peluang kepada manusia untuk melakukan sebuah kreasi, usaha demi nasib yang lebih baik. Pendek kata asal manusia “mau”, Tuhan pasti memberi jalan. Kemauan adalah perpaduan antara keinginan (niat) dan realisasi pekerjaan yang diiringi dengan rasa tanggung jawab dan komitmen yang besar untuk meraih hasil yang terbaik. Dengan kata lain, ada pesan yang dapat dipetik dari ayat tersebut. Pertama, ayat tersebut mengingatkan kepada kita semua tentang perlunya usaha yang maksimal agar dapat meraih cita-cita yang diinginkan. Berusaha maksimal berarti mengeluarkan segala potensi yang dimiliki, baik tenaga, pikiran, kecerdasan, kepintaran, finansial bahkan loby antar manusia, antara manusia dengan Tuhan (hubungan spiritual) dengan maksud dapat meraih target dan tujuan yang diidam-idamkan. Target, sasaran, tujuan, atau cita-cita luhur menjadi prasyarat mutlak seseorang dapat bekerja dengan maksimal, karena dengan target itulah seseorang dapat menentukan untuk apa hasil pekerjaannya akan diberikan. Ada cerita menarik kaitannya dengan “target” dalam bekerja. Suatu ketika ada seorang traveler yang sedang memperhatikan 2 orang yang sedang bekerja mengangkat batu. Satu orang pekerja batu bekerja dengan senyum, riang, asyik dilihat, tidak nampak terlihat kelelahan, kemudian traveler tersebut bertanya: what are you doing? (Apa yang sedang Anda lakukan?) Pekerja batu menjawab, I am building Catedrall (Saya sedang membangun Gereja Catedrall). Tapi pekerja batu yang satu dengan wajah yang musam, kusut, tidak ceria, dan sangat nampak kelelahan di wajahnya, kemudian seorang traveler bertanya: what are you doing? (Apa yang sedang Anda lakukan?) Pekerja batu tersebut menjawab, I am lying stone (Saya sedang mengangkat batu).

Cerita tersebut memberi pesan moral bagi kita semua bahwa target memberi motivasi tersendiri untuk maksimalnya suatu pekerjaan. Orang yang bekerja tidak didasari dengan target atau cita-cita yang luhur tentu saja akan bekerja tidak maksimal. Mungkin yang dilakukannya hanya sebuah rutinitas, mengisi daftar hadir, bahkan bisa jadi tidak ada produk yang dapat ditunjukan. Artinya tidak ada komitmen atau kesungguhan yang dapat ditunjukan manakala seseorang bekerja tidak terlebih dahulu didasari dengan sebuah “target” pencapaian. Ketika ada dua pekerjaan yang sama dengan pencapaian berbeda oleh dua orang mengerjakan boleh jadi karena kedua orang tersebut memiliki tujuan yang berbeda. Oleh karena itu, perlu ada komitmen, dan tanggung jawab yang harus ditunjukan kepada dirinya sebagai bagian dari kelembagaan, dirinya sebagai pribadi yang harus mempertanggungjawabkan segala aktifitas yang sudah dilakukannya ke hadapan Allah SWT. Sehingga target pencapaian suatu pekerjaan akan benar-benar terwujud sesuai yang diharapkan.

Kedua, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, seseorang juga harus menerapkan sifat sabar. Sabar berarti tabah dalam menerima segala cobaan yang diberikan Allah SWT dalam kondisi lapang (kaya), bahagia, miskin, bahkan di saat menderita sekalipun. Sabar adalah kekuatan jiwa yang dapat menghalangi munculnya tindakan yang tidak baik dan tidak memikat. Orang yang sebar dalam berusaha biasanya dapat terhindar dari sifat bosan, malas, sombong dalam menerima segala amanah yang sedang diembannya. Karena pada diri orang yang memiliki sifat sabar tersebut adalah amanah yang harus dia emban dan tanggung jawab yang harus ditunjukkan kepada orang yang memberi pekerjaan. Bagi golongan ini mungkin saja rasa keikhlasan menjadi barometer dalam melaksanakan segala tugas yang diberikan. Sementara bagi mereka yang tidak sabar biasanya ketergesa-gesaan menerima hasil yang besar (upah) dari pekerjaan yang dilakukannya menjadi ukuran yang dapat kita lihat. Sehingga ketika pekerjaan selesai dan upah yang diterima tidak sesuai dengan keinginannya, maka kekecewaan dan ketidakpuasan menjadi pemandangan yang sering kita lihat.

Oleh karena itu, berusaha dan kesabaran menjadi faktor penentu dalam meraih kesukesesan seseorang di masa mendatang. Berusaha sekali lagi adalah sebuah proses menampilkan segala potensi yang dimiliki sesorang dengan dilandasai capabilitas keilmuan (intelektual) yang mumpuni, integritas moral yang tinggi, serta dapat menunjukan kemampuan ketrampilan yang diterima masyarakat. Sementara sabar merupakan filter bagi sesorang dalam memilih beraksi, berkreasi, berinovasi antara yang kurang menguntungan dengan yang memberi hasil positif.

Semoga kita semua termasuk dalam katagori orang-orang senantiasa berusaha dan tabah dalam menunaikan amanah yang diberikan. []